- Back to Home »
- Artikel 1
Posted by : Unknown
Jumat, 11 Juli 2014
Pertanyaan Tentang Tuhan
Oleh: Nunuk Priyati
Saat
masa kecil, kita sudah beragama. Adapun agama yang kita anut mengikuti faktor
keluarga kita. Seorang anak yang terlahir dari keluarga yang menganut agama
islam, ia akan mempunyai agama islam. Seorang
anak yang terlahir dari keluarga yang menganut agama kristen akan mempunyai
agama kristen, begitupun dengan seorang anak yang terlahir dari agama lain atau
ateis. Clark menyebutkan salah satu ciri kehidupan beragama pada masa
kanak-kanak adalah sifatnya yang imitatif. Artinya, anak-anak hanya menirukan apa
yang diyakini dan dilakukan orangtuanya. Dengan demikian jika anak-anak
melakukan suatu ibadah (pergi ke masjid, gereja, kuil atau baiara), semua itu
dilakukan hanya karena meniru orangtuanya saja. Belum ada satu keseriusan dalam
diri anak-anak untuk melakukan ritual keagamaan seperti orang dewasa.
Jika
seorang anak melakukan ritual keagamaan hal ini hanya bersifat superfisial saja
(Clark, 1958; Jalaludin,2007, Nelson, 2009). Meskipun ada beberapa anak-anak
yang seakan menunjukkan perilaku yang sangat religius, misalnya rajin
melaksanakan ritual keagamaan (contohnya sholat dalam agama islam), tetapi apa
yang mereka lakukan itu pada umumnya baru merupakakan suatu kebiasaan saja. Pemahaman
dan Penghayatan secara mendalam tentang ajaran agama masih belum ada. Mereka
menjalankan ajaran agama masih bersifat ritualistik semata. Bagi pendidikan
agama, hal ini merupakan proses belajar yang sangat baik agar orang menjadi
religius.
Anak-anak
menerima ajaran agama tanpa memikirkan lebih jauh tentang kebenarannya.
Meskipun begitu, banyak pertanyaan-pertanyaan tentang agama yang sering
dilakukan anak-anak itu sendiri. Mereka menanyakan tentang Tuhan, surga dan
neraka. Dalam sebuah penelitian, Zeligs (1974) mengumpulkan sebuah pertanyaan
yang sering diajukan itu antara lain: Apakah Tuhan itu seperti manusia biasa? Bagaimana Tuhan membuat dirinya sendiri?
Bagaimana Tuhan bangun di langit? Berapa umur-Nya? Apakah Dia seorang kristen atau seorang
yahudi? Apakah Tuhan seperti manusia? Bisa didekap?
Anak- anak
berada dalam masa perkembangan yang mempunyai rasa ingin tahu sangat tinggi.
Menurut Paloutzian (1984) maupun Subandi (2013) pertanyaan-pertanyaan tentang
agama tersebut bukanlah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang serius, dalam arti
bahwa anak-anak bukannya menanyakan tentang kebenaran ajaran yang diterimanya,
melainkan lebih banyak didorong oleh rasa ingin tahu (curiosity) belaka.
Sebagai
orang tua sering merasa bingung dengan adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Penulis memprediksi bahwa jika orang tua menjawab dengan sekenanya saja, anak
akan melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Penulis memberi
contoh, seorang anak yang bertanya, “sekuat apa Allah?“, orang tua menjawab,
“Tuhan itu sangat kuat, sehingga tak terkalahkan oleh siapa pun”. Anak tersebut
kemudian berkata, “Apa Tuhan tak pernah sakit?”.
Dalam
agama islam sendiri Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk memikirkan Zat (esensi)
Allah, tapi umat islam diberi perintah untuk memikirkan ciptaan-ciptaan Allah.
Berdasarkan hal ini, pengendalian yang dapat dilakukan ialah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, orang tua perlu mengacu pada ajaran
tersebut dengan cara yang bijak. Pertanyaan-pertanyaan anak tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan kognitifnya berkembang dengan baik. Namun perlu
diarahkan untuk mempertanyakan ciptaan Tuhan, bukan wujud dan esensi Tuhan.
Daftar Pustaka:
Walgito, B. (2005) Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.